Kamis, 13 September 2012

Kuliah hari ketiga

Hari ketiga kuliah tepatnya hari kamis 13 Sept. 2012 atau hari ketiga untuk setiap minggunya sungguh terasa berat, bukan masalah apa yang dipelajari tp masalah jadwal kuliah yang harus masuk jam 07.00 wib. Kuliah jam tujuh pagi memang sebenarnya bagus juga untuk otak karena di pagi hari pikiran kita masih fresh dan santai mungkin akan lebih mudah mengingat atau otak akan mudah merekam semua ilmu yang datang ke otak.

Untuk mengikuti kuliah itu, aku harus rela bangun pagi pukul 04.30 untuk mandi, makan, dan mempersiapkan segala hingga maksimal pukul 05.30 harus sudah ada di kuda besi untuk segera menelusuri aspal panas dan dingin angin Solo-Jogja. Perjalanan dari Solo-Jogja biasanya memerlukan waktu 2jam kalau santai dan 1,5 jam kalau ngebut bisa dibayangkan jika aku harus sampai di kampus jam 07.00 pagi berarti aku harus sampai jogja maksimal 1,5jam, untuk mendapatkan waktu itu kira-kira aku harus menarik gas motor minimal 80km/jam sampai 100km/jam sudah kebayangkan betapa cepatnya. Berhati-hati itu pasti, waspada pada kendaraan lain itu harus, dan taat pada peraturan lalu lintas itu wajid jadi harus tertib semua untuk mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan pastinya, tidak hanya itu dinginnya suhu pagi hari dan rasa kantuk pun harus saya nikmati juga. 

Dengan semangat pun aku lahap perjalanan itu dengan baik, tepat 1 jam dari solo aku sudah sampe ke candi prambanan. Kenapa candi prambanan sebagai acuan karena itu adalah batas dari Kota Klaten dan Jogjakarta berarti jika sudah sampai di candi Prambananan sudah masuk wilayah jogja dan tinggal 30 menit lagi sampe kampus, akhirnya tepat pukul 06.55 wib saya sudah sampai kampus dan tepat pukul 07.00 sudah masuk kelas.

Selasa, 11 September 2012

Hari kedua kuliah

Selasa, 11 September 2012 adalah hari keduaku kuliah, 3 mata kuliah alhamdulilah ku ikuti dengan lancar karena di awal kuliah biasa dosen sedekit prolog tentang silabus dan perkenalan diri. Mudah-mudahan kedepan aku juga tetep semangat untuk mengikuti kuliah ini dan menyelesaikan kuliah ini dengan baik. amin..

kata kakak tingkat sih berat kuliah di UGM tapi insyallah dengan semangat dan kerja keras saya yakin bisa mengatasi masalah itu. Seperti ungkapan siapa yang mengawali tentunya harus mengakhiri ungkapan itu mungkin jadi pelecutku untuk menyelesaikan kuliah ini dengan baik karena ini adalah kesempatan kedua yang diberikan oleh kedua orang tuaku untuk aku lebih serius dalam kuliah sayang kalau gak serius biayanya mahal sob. 7,5 per semester.. hehe

Kuliah Perdana UGM

Senin, 10 September adalah hari pertama kuliah setelah saya dinyatakan sebagai mahasiswa baru Universitas Gajah Mada, Jogyakarta. Berangkat dari Solo pukul 06.00 pagi dengan mengendarai motor saya menelusuri jalan Solo-Jogja selama 2 jam hingga sampai ke kampus. Perjalanan ke Jogja dengan motor ini pun bukan kali pertama, tetapi perasaan jauh dan membahayakan tetep saja mengikuti setiap ke Jogja karena memang lalu lintas yang lumayan padat hingga banyaknya kendaraan besar seperti Truk Pasir dan Bus yang kadang ugal-ugalan saat di jalan.

Kuliah perdanaku di UGM sungguh beruntung karena diisi dengan seminar sehari bersama Prof. DR. Bernd Nothofer dalam acara purnabakti DR. Inyo Yos Fernandes. Keduanya adalah seorang linguis yang ahli dalam kajian ilmu Linguistik Historis Komparatif (LHK). LHK adalah salah satu kajian yang sudah tidak asing lagi bagiku tetapi karena sudah lama lulus kuliah dan tidak bersinggungan lagi dengan buku bahasa saya sedikit bekerja keras dalam mengingat dan memahami bahasa/istilah2 baru yang sebenarnya lama tetapi baru saya dengar lagi.

Seminar ini sangat menarik bagiku, selain untuk merefresh beberapa ilmu yang dulu sempat saya pelajari, seminar ini juga penting juga untuk menambah wawasan baru dalam rangka kajian ilmu linguistik secara umum. Selain kedua ahli linguis di atas, seminar ini juga dihadiri oleh guru-guru besar linguistik yang juga memaparkan karya ilmiahnya seperti Prof. DR. Kisyani-Laksono, Prof. Dr. Mahsun, Dr.I Gede Budasi, Prof. Dr. Multamia RMT Lauder, Prof. Dr. Nadra, Dr. Agus Sariono, DR. Ni Made Dhanawaty, Dr. Yulia Esti Katrini dan Dr. Syarifddin. Kesemua ahli-ahli itu juga memapar tentang kajian bahasa dan fenomena bahasa yang menarik hingga selesai pukul 16.00 wib.

Senin, 03 September 2012

Intelektual Muda

Senin, 3 September 2012 adalah hari pertama untuk mahasiswa baru PascaSarjana UGM melakukan penyusanan Kartu Rencana Studi atau sering disebut KRSan. Kegiatan KRSan ini pun juga saya alami karena aku juga bagian dari mahasiswa pasca di UGM jurusan ilmu linguistik. Berangkat dari Solo pukul 05.40 pagi dengan menggunakan Kibus (kijang bus** sebutan yang sering dilontarkan adiku untuk menyebut mobil suaminya. hehe ) dan disopiri oleh adik ipar, aku pun menelurusi jalan Solo-Jogja dengan suka cita. 

Sesampai di perempatan Gramedia Jogja aku pun harus rela turun, karena adik iparku kebetulan juga mahasiswa baru di Institut Seni Indonesia Jogja yang minggu-minggu ini harus melakukan masa orientasi. Di keluarga saat ini kebetulan ada dua (maru) pertama aku kuliah di ilmu linguistik UGM dengan beasiswa orang tua dan adik iparku yang ada tugas belajar dari kampusnya mengajar di ISI Padang Panjang, di sini jelas ada perbedaan aku kuliah membayar sedangkan dia kuliah dibayar. Turun dari perempatan jogja saya harus jalan kaki untuk sampe UGM kira-kira 20menit jalan santai untung saat itu masih jam 07.25 jadi aku anggap saya sebagai senam bagi. Langkah demi langkah kaki aku ayun dengan penuh semangat untuk segera sampai di kampus hingga tak terasa sampelah di boulevard dan betapa sungguh kagetnya saat itu aku membaca sebuat tagline yang berbunyi"Selamat Datang Para Intelektual Muda di Kampus UGM" sungguh luar biasanya makna dari kata-kata itu bagiku, walaupun sebenarnya kata-kata itu juga untuk menyambut mahasiswa yang lain yang juga berstatus (maru).

Membaca tagline itu perasaan bangga dan harupun saya alami, aku berpikir bahwa ini adalah kesempatan yang luar biasa untukku secara pribada bisa diterima di salah satu universitas tertua di Indonesia. Akan tetapi saya juga sedikit minder dengan kata-kata itu dan saya mulai menilai diriku apakah aku layak disebut Intelektual Muda. Menurut KBBI kata Intelektual adalah in·te·lek·tu·al /inteléktual/ 1 a cerdas, berakal, dan berpikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan; 2 n (yg) mempunyai kecerdasan tinggi; cendekiawan; 3 n totalitas pengertian atau kesadaran, terutama yg menyangkut pemikiran dan pemahaman.

Berdasarkan beberapa sumber yang saya baca kata Intelektual mempunyai definisi "Orang yang menggunakan inteleknya (ilmu) untuk bekerja, belajar, menjawab, menyoal, diskusi dan menjawad semua jawaban dengan berbagai ide. Secara umum ada tiga takrif (batasan/definisi) dari kata intelektual yang pertama adalah:
  1. Mereka yang terlibat dengan ide-ide dan buku-buku
  2. Mereka yang mempunyai kepakaran dalam budaya dan seni yang memberikan mereka kewibawaan kebudayaan, dan yang kemudian mempergunakan kewibawaan itu untuk bertutur tentang perkara-perkara lain di khalayak ramai. Golongan ini dipanggil sebagai "intelektual kebudayaan".
  3. Dari segi Marxisme, mereka yang tergolong dalam kelas pensyarah, guru, peguam, wartawan, dan sebagainya.
Intelektualitas atau Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang dimiliki dan dibutuhkan oleh manusia untuk melakukan berbagai aktivitas mental, berpikir, menalar, dan memecahkan masalah. Individu yang mampu menempatkan kecerdasan otaknya untuk berpikir kreatif dan memecahkan masalah mempunyai nilai yang tinggi di masyarakat untuk dijadikan sebagai pemimpin.

Seperti yang diungkapan oleh Presiden Soekarno dalam salah satu pidatonya "Berikan aku 1000 anak muda maka aku akan memindahkan gunung tapi berikan aku 10 pemuda yg cinta akan tanah air maka aku akan menguncang dunia." Kata berikan aku10 pemuda yang cinta akan tanah air maka aku akan mengguncangkan dunia, di dalam makna kalimat tersebut secara tidak langsung jelas yang dibutuhkan bung Karno bukan hanya sepuluh pemuda yang hanya cinta akan tanah air akan tetapi juga 10 pemuda yang mempunyai intelektual yang tinggi yang bisa dibentuk dan diarahkan bung Karno untuk menjadi pemuda yang luar biasanya. 

Intelektualitas adalah modal berharga dan tidak ternilai yang dimiliki oleh manusia. Modal Intelektualitas adalah aktiva tak berwujud (intangibles) dalam ekonomi dan modal yang tak pernah muncul dalam praktik akuntasi. Dengan berbekal intelektualitas orang bisa menjual sesuatu yang tak berwujud dengan harga mahal dan berganti wujud menjadi nilai tukar (uang) misalnya; pengacara, konsultan, Psikiater dll. Sayangnya belakangan ini intelektualitas hanya dijadikan sebagai alat untuk mencari keuntungan semata, dengan intelektualisnya misalnya seorang ahli akutan memanipulasi data untuk dikorupsi, pengacara dengan segala kemampuan meraka membela kliennya rela memanipulasi dan merekayasa bukti dan saksi. Pantaskah kita melakukan itu semua? jawabanya ada di masing-masing hati kita. Gunakan akal untuk menganalisis dan mengkaji akan tetapi gunakan hati dalam setiap tindakanmu dalam memutuskan pilihan.

Intelektual Muda adalah pilar bangsa yang akan menopang dan menggantikan tiang-tiang negara yang sudah mulai lapuk. Dengan Intelektualiatas diharapkan pemuda lebih bisa berpikir kreatif, maju, dan bijaksana dalam bertindak dan berprilaku, akan sangat sia-sia jika intelektualitas hanya dijadikan alat untuk menindas orang lain dan merusak bangsa, kalimat intelektualitas muda yang terdapat di boulevard UGM juga harus dimaknai lain dengan Intelektualitas Muda yang Bertanggung Jawad dan Berkarakter.