Halo semoga tulisan sederhana ini bermanfaat.
Dua tahun belakangan kota Solo banyak muncul hik atau angkringan dengan konsep baru. Konsep baru yang ditawarkan oleh para pengusaha ini adalah menjual makanan ala angkringan/hik dengan kemasan lebih baik. Kemasan dalam konteks ini bukan kemasan makanannya tapi kemasan konsep jualan yang lebih menarik. Hik/angkringan yang semula hanya ada dipinggir jalan kemudian dipindah ke sebuah tempat yang lebih nyaman dan estetis ala-ala restoran. Terobosan ini cukup menarik menurut saya karena si pengusaha pintar mencari celah, agar semua kalangan bisa merasakan nongkrong dan jajan makanan ala angkringan di tempat yang lebih baik. Seperti yang kita ketahui kalau angkringan/hik memang identik dengan tongkrongan dipinggir jalan. Hik/ angkringan yang hanya didirikan di atas tenda dan nongkrongnya cm lesehan dengan alas tikar tentunya tidak bisa menggaet pasar kelas menengah ke atas, sebab karena alasan tertentu seperti prestise, gengsi, dan kebersihan menjadi alasan utama kenapa kelas ini jarang banget makan di hik atau angkringan pinggir jalan. Peluang segmen inilah yang kemudian diakomodir dan dibuatlah angkringan modern.
Bisnis hik atau angkringan pinggir jalan mungkin bagi sebagian orang terlihat kurang prestisius karena memang untungnya keliatan sedikit, sebab yang dijual hanya gorengan seharga 500rupiah, teh atau es teh seharga 2500rupiah atau nasi kucing yang seharga 1500 rupiah. Namun jangan salah, dengan uang yang kecil-kecil itu banyak penjual hik atau angkringan yang mampu memenuhi kebutuhan keluarganya hingga menguliahkan anaknya. Coba itung-itungan sederhana, jika dalam semalam mereka laku 100 teh atau es teh mereka udah dapat uang kotor sebesar 250.000 ribu, kalau mereka menjual 30 nasi kucing mereka dapat 45.000rb, terus goreng-gorengan misalnya 70.000ribu bisa kita hitung dalam sehari mereka dapat uang kotor sekitar 365.000rb. Jika di itung-itung modal dagang mereka 40% mereka masih dapat untung 160.000rb lebih dalam sehari, menggiurkan bukan. Nah peluang-peluang ini lah yang kemudian diambil para pemilik modal untuk membuat hik atau angkringan modern yang dikemas lebih bagus.
Ada beberapa hik atau angkringan solo yang sedang naik daun dengan konsep hik modern ini, misalnya wedangan 3 tjeret, wedangan pendopo solo, wedangan play groun, angkringan solo dan masih banyak lagi. Karena untuk mengakomodir kelas menengah ke atas, hik yang mereka tawarkan pun terkesan lebih mewah, para pelaku usaha ini sudah mengaplikasikan konsep place, taste, dan price. Pertama place/tempat, pelaku usaha ini menawarkan tempat yang nyaman, tidak ada pengamen, bersih, dan design interior yang menarik untuk foto-foto. kedua taste atau rasa, makanan yang mereka varian dan rasanya sama dengan hik-hik jalanan. ketiga price/harga, harga yang ditawarkan agak mahal, karena mereka menjual tempat dan fasilitas yang bagus jadi harga jajanan dan minumannya juga lebih mahal dengan hik pinggir jalan. Misalnya teh atau esteh berkisar 4500-5500rupiah, gorengan 1500-3000rupiah, sundukan sate bisa 4000-6000rupiah dan nasi bisa 4500-5500rupiah, bisa kebayangkan kalau kalian jajan tanpa itung2 bisa sampe 30.000ribu. hehe itu mahal sekali kalau cuma sekedar makan nasi kucing dan minus es teh hehe. Satu tahun lalu mungkin pernah aku alami jajan nongkrong kena cuma makan sedikit gorengan dan nasi habis 35.000rbuan dan ada beberapa pemudik jakarta yang kaget ketika mereka jajan sekeluarga habisnya bisa ratusan ribu. hehe Mahal sih tapi memang bukan makanan yang mereka jual tapi suasana tempatnya. Bagi temen-temen luar solo, mungkin bisa mengkonsep bisnis ini karena memang untungnya lumayan apalagi tempatnya ga sewa. Ok semoga tulisan ini bermanfaat.