Halo salam hangat semuanya, semoga sehat selalu ya teman-teman. Tulisan singkat saya ini, akan membahas mengenai dampak Covid-19 terhadap pelaku bisnis khususnya produsen ataupun penjual sepatu. Januari 2020 kita dikejutkan dengan adanya berita jika di sebuah kota di Tiongkok merebak virus yang isunya bersumber dari Kelelawar. Berita itu langsung mendapat perhatian banyak negera dan media karena virus yang tersebut mampu membuat kota Wuhan yang sebelumnya damai dan tentram menjadi mencekam. Diberitakan saat itu banyak orang yang bertumbangan meninggal dunia karena virus tersebut. Sampai akhirnya Otoritas di sana memutuskan untuk mengisolasi kota Wuhan.
Melihat perkembangan virus yang sangat berbahaya tersebut, tampaknya pemerintah Indonesia pada waktu itu masih santai-santai aja. Bahkan beberapa sumber mengatakan bahwa orang Indonesia itu kebal terhadap virus itu karena sejak kecil orang kita sudah terbiasa dengan hal-hal yang corok. Sebagain informasi juga mengatakan bahwa orang kita aman karena kita berada di daerah tropis yang cenderung panas dan tidak memungkinkan virus tersebut bisa hidup di daerah Indonesia. Akan tetapi selang beberapa hari karena adanya desakan dari Australia, Amerika dan WHO membuat pemerintah Indonesia bersikap. Pemerintah akhirnya bersuara terkait virus ini dan berusaha menyakinkan kepada negera tersebut jika memiliki perhatian terhadap Covid 19 ini.
Tanggal 25 Februari 2020 kalau ga salah, saat Jakarta dilanda banjir besar dan pada waktu ini kebetulan saya sedang berada di Mekkah mendengar kabar jika pemerintah Arab Saudi sudah menutup akses umroh yang berasal dari Indonesia. Hal ini terjadi karena pemerintah Arab Saudi mungkin kuatir jika para jemaah umroh asal Indonesia ada yang sudah terjangkit Covid 19. Mengingat Indonesia adalah negara yang relatif tinggi rasio kontak dengan sebagian warna Tiongkok yang sedang bekerja dan baru datang di Indonesia.
Maret 2020 sekitar minggu kedua, Solo menyatakan KLB (kondisi luar biasa) karena ada seorang warga yang terindikasi positiv covid. Mulailah kepanikan terjadi diseluruh Indonesia, kalau ga salah kota pertama yang menyatakan KLB adalah Solo. Dari situlah tanpa disadari pelan-pelan penjualan sepatu mulai turun. Hari demi hari terlihat sepi baik penjualan offline dan online meskipun situasi ini saya rasa jauh lebih baik dari awal saya berbisnis sepatu. Namun, penjualan yang grafiknya menurun dari hari ke hari membuat saya kuatir dengan keberlangsungan bisnis saya. Akhirnya saya putuskan untuk memangkas jam kerja admin yang semula 8 jam menjadi 5 jam. Keputusan ini saya pikir lebih baik daripada saya harus meliburkan mereka karena saya juga menyadari akan seperti apa jika mereka tidak berkerja.
Alhamdulilah badaipun tidak lama, pelan-pelan penjualan ada lagi meskipun baru 1-3 pasang tetap saya syukuri. Padahal bulan ramadhan adalah puncak penjualan bagi pedagang sepatu selain masa kenaikan kelas. Sejauh ini minggu pertama puasa alhamdulilah pelan-pelan penjualan naik 1-6pcs meskipun hal itu tidak sebanding dengan stok yang ada tp alhamdulilah yang penting tetep semangat. Pesan untuk pebisnis sepatu lainnya yang sabar mudah-mudahan situasi ini segera berakhir.